Eid 1440 H

Lebaran selalu menyisakan beragam kenangan. Kenangan Lebaran 1440 H kali ini terukir dalam perjalanan mudik ke kampung halaman ibu mertua di Cirebon. Pulang kampung yang kali ini jatuh hukumnya wajib dilaksanakan karena bersamaan dengan agenda kumpul keluarga besaaaaar ibu. Huruf a yang panjang mewakili sanak saudara yang memang sangat banyak. Mulai dari buyut-buyut sampai cicit-cicit dan calon cicit he he...

 Sejak menikah, rejeki saya jadi bisa ikutan beginian. Termasuk beginian adalah arisan keluarga rutin, mudik, silaturahim keluarga besar ketika lebaran. Sebelumnya ga pernah. Di kamus keluarga besar bapak dan ibu saya ga ada beginian. Ibu mertua termasuk yang kekeuh merekeuh untuk urusan satu ini. Kalau ga ada halangan banget, kudu mesti hadir.

Belakangan saya menyadari mungkin karena posisi ibu sebagai sosok yang dituakan dalam keluarga dan yang kedua sebagai wanti-wanti bekal untuk anak cucunya untuk senantiasa menjaga ikatan silaturahim antar saudara. Sulit loh ini...bener...godaan banget ketika satu per satu mulai berkeluarga.

 ● Eid 1440H, Belajar menerima ketetapan Allah.

 Suami memutuskan untuk menyewa Long Elf untuk mengangkut semua anggota keluarga, untuk memudahkan semuanya. Detik-detik menjelang hari H, satu per satu kakak ipar mengabari kalau tidak jadi berangkat, tidak bisa bareng. Intinya mobil akan kosong. Godaan sekali untuk mengganti mobil dengan ukuran yang lebih kecil. Namun pak suami tetap pada keputusannya, lanjutkan saja. InsyaaAllah  ketetapan Allah selalu lebih baik.

MasyaaAllah benar saja, menjelang takbiran, salah satu kakak ipar mengabari kembali untuk berangkat bareng. Alhamdulillah..hanya tersisa tiga kursi kosong. Lebih enak, karena masih ada sela untuk anak2 berpindah tempat jika mereka bosan... Ketika pulang, kursi kosong ini jadi tempat buah tangan yang ternyata bodinya gede2 walaupun sebenarnya bobotnya ga gede amat. Tahu kan kerupuk melarat khas Cirebon, yang digoreng pakai pasir? Nah itu penghuninya he he...

 ● Eid 1440 H. Kekuatan ukhuwah.

 Kami biasa menginap di salah satu rumah saudara di Cirebon. Namun untuk kali ini berbeda. Kondisi terkini membuat kami harus mencari penginapan untuk bermalam. Hunting sana sini tetap tidak dapat penginapan, kalau pun ada, harga yang ditawarkan sangatlah tinggi, maklum lebaran. Bahkan sampai di perjalanan berangkat, pak suami masih sibuk hunting. Syukur, ibu mertua ndak tahu, kalau beliau tahu bisa panik. Apa kata dunia he he.

 Hotel sudah dapat untuk 2 hari ke depan. Tapi untuk beristirahat malam ini belum. Menenangkan hati. Meluruskan niat maka Allah pun beri jalan. Qodarullah terbuka jalan lewat seorang teman. Ia memberi jalan untuk mendapatkan penginapan versi homestay 1 rumah full fasilitas. Rumah baru, pengganti rumah lain yang jadwalnya ga matching sama sewaan kita. Deket banget pula dengan lokasi acara silaturahim. MasyaaAllah...tabarakallah.

 Pemilik rumah ini sepasang suami istri muda yang sedang menantikan kehadiran anak pertama mereka. Weew... ini keren banget. Inspirasi untuk investasi dimari, Cirebon.  Beli rumah yang murah, pilih hook, dandani, jadikan home stay. Mantapp.

 ● Eid 1440H. Yang tradisional itu merindukan.
Apalagi kalau bukan kulinernya. MasyaaAllah. Bertebaran dimari. Rasanya surga dunia sementara cuma makan kerupuk melarat pakai sambalnya yang mak nyos, empal gentong, rujak kangkung, tahu gejrot dan kawan-kawannya yang lain. Alhamdulilah. Indonesia itu luar biasaaa ya...

 ● Eid 1440H. Belajar dari Intan.

 Hari terakhir bermalam di salah satu hotel di pusat kota Cirebon. Dapatnya disitu. Hotel yang namanya dinisbatkan pada nama salah satu batu alam. Di lobby hotel, dipajang batik2 cantik dan informasi beberapa jenis batu.

 Satu yang menarik untuk dipelajari adalah kelompok karbon, si grafit dan intan. Sama-sama terbuat dari karbon hitam tapi beda perlakuan. Bagaimana untuk mendapatkan intan yang berharga, Allah menempanya dulu dengan kekuatan dan waktu yang lama. Jika ini diibaratkan kita, manusia, untuk menjadi sosok yang kuat prosesnya ga instan, dibutuhkan kesabaran dan keteguhan, dan keikhlasan. Gak percuma.

 ● Eid 1440H. Banyak jalan menuju Roma.

 Pulang di hari terakhir libur bersama ke arah Jakarta menuju Depok, berhadiah kemacetan, tentu saja. Tapi kami beruntung, alhamdulillah, dapat supir yang faham medan. Tahu celah jalan-jalan tikus. Dibawanyalah kami melintasi jalan-jalan kampung yang walaupun macet tapi masih bisa bergerak. Menembus Karawang, Cikarang, Bekasi, berujung Junction Cibubur. Enam jam perjalanan di kala macet lebaran  tergolong cepat waktu tempuh ini.

 Apa hikmahnya? apa pun pekerjaan yang kamu lakukan, lakukan selalu yang terbaik. Jadilah ahlinya. Pak Supir ini melakukannya. Nyetir enak. Lihai. Tahu jalan. Penumpang pun suka. Prof lah ya.

 ● Eid 1440H. Dinamika rakyat.

 Pemandangan menarik bisa ditemui sepanjang jalur mudik non tol. Kendaraan roda dua yang menuliskan beberapa pesan kocak bahkan tak jarang juga yang  menimbulkan "nyes" di hati, simpati. Sayang saya tak keburu untuk mengabadikannya. Salah satunya sebuah motor yang membawa boneka besar dengan tulisan "Ayah pulang Nak.".... kebayang perjuangan bapaknya di kota untuk nafkahi keluarga di Kampung. Kembali untuk bertemu anak dan istri tercinta.

 Lalu ada bajaj biru yang bertualang sepanjang pantura. Angkot oranye bekasi yang membawa pesan persaudaraan bangsa, tak ada lagi 01 dan 02.

 Mudik selalu memberi warna... Inilah sepenggal kisah lebaran 1440 ku. Late post banget tapi tetap perlu ditulis. Kapan lagi ya kan? Semoga membawa hikmah, pelajaran untuk semuanya. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis Tentang Kamu

Yang Kuingat Tentang...